selama 2 minggu kebelakang kita disibukkan dengan masalah nilai, yak betul, nilai adalah sesuatu yang paling dinanti dan bikin deg-deg-an semua mahasiswa mulai dari yang baru masuk bahkan yang sudah mau selesai. Sebetulnya banyak mahasiswa yang salah kaprah soal nilai ini, misalnya, menganggap nilai adalah segalanya, jadi kalo dapat nilai yang bukan A langsung down dan menganggap itu salah. Banyak juga yang belum sadar bahwa nilai ini adalah salah satu ukuran yang digunakan untuk merumuskan apakah seseorang telah berhasil mencapai output yang diinginkan. dan tidak jarang nilai malah membelenggu seseorang, sehingga membuat mereka stress, takut, cemas, kecewa, dst.
Menurut saya, memang betul jika baik buruknya nilai yang di dapat bisa dijadikan tolok ukur bahwa seseorang telah mampu mencapai hasil yang diinginkan dalam pembelajaran atau mampu mencapai kompetensi yang diinginkan. tetapi tidak jarang juga sistem penilaian yang kurang pas sehingga sasaran yang ingin dicapai jadi lepas. Biasanya sistem penilaian dalam perkuliahan dilakukan secara transaparan, dalam artian bahwa mahasiswa mengetahui prosentase penilaian melalui tugas-tugas, presentasi, soft skill, ujian tengah dan akhir semester, sehingga di akhir semester mereka bisa mengkalkulasi secara kasar perolehan hasil mereka dengan catatan jika hasil tugas, presentasi, dll dikembalikan dan diberi feedback.
Nilai kecil bukanlah akhir dari segalanya, yah inilah motto saya, bahwa tidak ada yang sempurna, sekali-kali dalam kuliah bolehlah dapat nilai D atau E (fail), hehe, bukan berarti saya pendukung nilai jelek, tapi dengan itu kita bisa merasakan sakit, kecewa, dan dari sini bisa belajar bahwa dalam kehidupan sangat banyak sekali alternatif yang memungkinkan kita berada di suatu posisi tertentu. jadi intinya, jangan takut dapat nilai jelek, yang penting adalah kita bisa dan mampu belajar dari nilai jelek tersebut.